“Guru profesional bukan hanya yang pandai mengajar, tetapi juga yang mampu mengelola dirinya sendiri.“
Pernyataan itu menjadi benang merah dalam webinar bertajuk “Bangun Koneksi, Kelola Emosi: Seni Menjadi Pendidik yang Hadir Sepenuhnya” yang digelar Teacher Talk bekerjasama dengan Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dan Karier.mu pada Rabu, 18 Juni 2025. Webinar menghadirkan Ranggi Kanya, Koordinator Akademik di Sekolah Murid Merdeka, yang menekankan pentingnya kesadaran diri dan regulasi emosi dalam membangun hubungan reflektif antara guru dan murid.
Dalam sesi tersebut, para peserta diajak menyelami lebih dalam pentingnya kesadaran diri, regulasi emosi, dan pembentukan hubungan reflektif dalam praktik pendidikan sehari-hari.
Kesadaran Diri dan Regulasi Emosi: Fondasi Menjadi Pendidik yang Tumbuh
Menjadi guru tidak cukup hanya menguasai materi dan teknik mengajar. Dalam interaksi harian dengan siswa—manusia yang sedang bertumbuh dan belum dewasa secara emosi—guru dihadapkan pada tantangan besar: mengelola emosi pribadi sambil mendampingi emosi murid.
Menurut Ranggi, kesadaran diri adalah kemampuan memahami, mengenali, dan memberi nama pada emosi yang kita alami. Ketika guru mampu menyadari emosinya, langkah selanjutnya adalah meregulasi emosi tersebut agar selaras dengan konteks yang dihadapi.
“Guru yang sadar diri mampu merespons dengan bijak, bukan sekadar reaktif,” jelas Ranggi.
Dalam diskusi terbuka, peserta webinar mencurahkan berbagai tantangan emosional yang mereka alami di kelas, seperti:
- Murid dengan perilaku menantang
- Tekanan administratif
- Kondisi pribadi yang memengaruhi performa mengajar
Dampaknya? Guru bisa merasa kewalahan, kehilangan kendali, dan hubungan di kelas pun menjadi renggang.
Untuk itu, Ranggi membagikan beberapa strategi praktis:
- Ambil jeda sebelum merespons
- Gunakan teknik pernapasan 4-7-8: tarik napas selama 4 detik, tahan 7 detik, hembuskan selama 8 detik
- Susun strategi menghadapi momen pemicu secara sadar
Membangun Hubungan Reflektif: Hadir Sepenuhnya untuk Murid
Mengutip Dr. Dan Siegel, ahli neuropsikologi, Ranggi menekankan pentingnya hubungan reflektif—yaitu hubungan yang membuat seseorang merasa dilihat, didengar, dan dipahami.
Dalam konteks pendidikan, hubungan reflektif menciptakan ruang aman emosional di mana siswa merasa bahwa gurunya hadir secara penuh dan sadar.
Berikut prinsip-prinsip hubungan reflektif yang dibagikan:
- Empati aktif: dengarkan sepenuh hati, respon dengan rasa ingin tahu, bukan asumsi.
Contoh: “Kamu tampak gelisah hari ini. Mau cerita?”
- Kehadiran penuh (mindful presence): berinteraksi tanpa multitasking.
- Memvalidasi emosi murid: akui perasaan tanpa menyuruh menyingkirkannya.
Hindari frasa seperti “jangan sedih, jangan marah”.
- Komunikasi dua arah dan kolaboratif: buka ruang diskusi dan keterlibatan siswa.
- Konsistensi dan kepercayaan: bangun rasa aman lewat rutinitas dan respons yang stabil.
- Self-regulation dan modeling: guru sebagai teladan dalam mengelola emosi.
“Saya butuh waktu karena kejadian tadi. Saya akan tarik napas dulu supaya bisa berpikir jernih ya.” – contoh nyata modeling guru yang sehat.
Hubungan reflektif terbukti memperkuat koneksi emosional antara guru dan murid, menciptakan:
- Lingkungan belajar yang aman dan suportif
- Peningkatan motivasi belajar murid
- Iklim kelas yang kondusif untuk eksplorasi dan keberanian berpikir
Bagi guru, hal ini membantu dalam memahami kebutuhan psikososial siswa, sekaligus memberikan ruang bagi diri sendiri untuk tumbuh.

Guru yang Menumbuhkan, Adalah Guru yang Bertumbuh
Webinar ini mengingatkan kita bahwa guru profesional bukan hanya yang pandai mengajar, tetapi juga yang pandai mengelola dirinya. Keterampilan sosial-emosional bukan pelengkap, tapi justru fondasi pendidikan yang sehat.
Hubungan reflektif dimulai dari kesadaran diri. Karena menjadi pendidik yang menumbuhkan, artinya adalah juga memberi ruang bagi diri sendiri untuk bertumbuh.
Jika Sahabat Guru Hebat melewatkan webinar ini, pastikan untuk mengikuti sesi-sesi berikutnya dari KGSB. Karena menjadi guru adalah proses belajar yang tidak pernah berhenti.