Sahabat Guru Hebat,
Tahun ajaran baru selalu membawa nuansa segar. Dan tahun ini, kesegarannya datang dengan perubahan besar: Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) resmi tidak lagi menjadi bagian terpisah dalam Kurikulum Merdeka.
Perubahan tersebut membuat banyak dari kita berhenti sejenak, bertanya-tanya: Ke mana arah pendidikan kita setelah ini? Jawabannya justru membawa kita kembali pada esensi. Bahwa pendidikan bukanlah tentang proyek-proyek terpisah, melainkan tentang bagaimana nilai-nilai itu tumbuh dan hidup dalam setiap napas pembelajaran. Yup, semangat P5 sejatinya tidak dihapuskan, tapi diintegrasikan secara utuh dalam seluruh proses pendidikan melalui 8 Dimensi Profil Lulusan.
Dari Proyek Menjadi Pondasi
Selama beberapa tahun terakhir, P5 menjadi medan kreatif tempat siswa belajar dengan pendekatan kontekstual. Namun dalam pelaksanaannya, banyak sekolah menghadapi tantangan integrasi, durasi pelaksanaan, dan keberlanjutan praktik baik.
Alih-alih menjadi ruang tambahan, kini karakter dan kompetensi inti yang selama ini ingin dicapai melalui P5 dimasukkan langsung sebagai pondasi pembelajaran, bukan proyek terpisah. Inilah wajah baru Kurikulum Merdeka 2025/2026.
Perubahan ini membawa pendekatan baru yang disebut 8 Dimensi Profil Lulusan. Delapan dimensi ini menjadi arah tumbuh kembang peserta didik dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, serta nilai hidup.
- Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Menghidupkan spiritualitas dalam perilaku dan pilihan hidup. - Kewargaan
Menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa. - Penalaran Kritis
Mendorong peserta didik berpikir jernih, tajam, dan logis dalam memecahkan masalah. - Kreativitas
Membuka ruang untuk berpikir luar kotak, mencipta, dan berinovasi. - Kolaborasi
Mengasah kemampuan bekerja sama dalam keberagaman peran dan perspektif. - Kemandirian
Membangun kepercayaan diri dan kemampuan mengelola proses belajar dan hidup. - Kesehatan
Mendorong keseimbangan antara kesehatan fisik, mental, dan sosial. - Komunikasi
Menjadikan peserta didik mampu menyampaikan ide, mendengarkan, dan membangun dialog yang sehat.
Delapan dimensi ini bukanlah capaian instan, melainkan proses yang hidup—dibentuk dari hari ke hari, melalui interaksi, keteladanan, dan pengalaman belajar yang bermakna.
Dampak bagi Guru
Sahabat Guru Hebat,
Perubahan ini justru memperkuat peran kita sebagai penumbuh nilai, bukan sekadar pengajar materi. Alih-alih menyiapkan proyek-proyek terpisah, kini kita menanamkan delapan dimensi ini melalui pembelajaran harian, suasana kelas, pendekatan asesmen, hingga interaksi kecil yang seringkali tak tertulis di RPP.
Kita tidak diminta bekerja lebih banyak—tapi berpikir lebih dalam.
Bagaimana cara kita membuka pelajaran?
Bagaimana kita memberi umpan balik?
Apakah kita memberi ruang refleksi?
Apakah suasana kelas kita menumbuhkan kepercayaan diri dan empati?
Inilah saatnya kembali bertanya, bukan hanya apa yang siswa pelajari, tapi juga siapa mereka sedang tumbuh menjadi siapa.
Perjalanan ini tak harus dilalui sendiri. Di Komunitas Guru Satkaara Berbagi, kita tumbuh bersama. Kita bisa saling menguatkan dalam:
- 📚 Merancang pembelajaran yang bermakna
- 🔄 Berbagi praktik baik dan refleksi
- 🤝 Menemukan irama yang tepat antara tuntutan kurikulum dan realitas kelas
Komunitas ini adalah ruang untuk menyadari bahwa perubahan bukanlah beban, tapi peluang untuk kembali ke akar: menjadi guru yang mendidik dengan hati, menguatkan dengan keteladanan, dan menumbuhkan masa depan dengan keyakinan.
Sahabat Guru Hebat,
Pendidikan sedang bertumbuh. Kita pun diajak bertumbuh bersamanya. Dengan delapan dimensi sebagai kompas baru, mari arahkan pembelajaran pada hal yang esensial: menjadi manusia yang utuh, tangguh, dan bermakna.
Bersama, kita bukan hanya menyambut perubahan. Kita menjadi bagian darinya.
Dan di setiap langkah kecil di ruang kelas, percayalah—masa depan sedang kita bentuk.
Salam hangat Sahabat Guru Hebat. Bersama KGSB, kita tumbuh dan menyalakan cahaya.