Satkaara Berbagi  Bekali Mental Health First Aid Kit untuk Guru KGSB

Guru memegang peran penting sebagai garda terdepan dalam mendeteksi dan merespon gangguan kesehatan mental siswa.

Webinar Mental Health First Aid (MHFA) Kit yang diselenggarakan oleh Satkaara Berbagi bekerjasama dengan Rumah Guru BK pada awal kelahiran KGSB tiga tahun silam ini, memberikan panduan praktis bagi tenaga pendidik untuk mendeteksi dan menangani gangguan psikologis siswa melalui kolaborasi  The Teaching Triangle antara guru, orang tua, dan siswa.

Webinar diselenggarakan pada Sabtu (18/12/2021) dan melibatkan 193 guru anggota Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) serta menghadirkan narasumber profesional,  termasuk psikolog Reneta Kristiani, M.Psi., dan pendidik Ana Susanti, M.Pd.

Dalam webinar tersebut, disoroti dampak pandemi terhadap kesehatan mental siswa, seperti kebosanan, learning loss, hingga kecemasan. Melalui metode MHFA yang meliputi langkah Look, Listen, Link, guru diajarkan cara mendeteksi, merespon, dan merujuk siswa dengan masalah psikologis.

Tema Mental Health First Aid (MHFA) dipilih berdasarkan hasil polling nasional pada November 2021 yang melibatkan 106 guru anggota KGSB  tingkat SD hingga SMA dari 20 provinsi. Polling ini mengungkap berbagai permasalahan yang sering dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), termasuk cara mengenali dan merespons gejala gangguan kesehatan mental siswa secara tepat demi mendukung perkembangan mental yang positif.

Mental Health First Aid: Kunci Guru Menjaga Kesehatan Mental Siswa

“Guru memiliki peran besar menjaga kesehatan mental murid. Webinar ini kami harapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mendukung siswa secara optimal,” ujar Ruth Andriani, founder KGSB yang juga merupakan Co-Founder PT Cetta Satkaara.

Hasil penelitian Mental Health First Aid USA pada 2021 menunjukkan bahwa satu dari lima anak berusia 13–18 tahun (22 persen) pernah mengalami gangguan kesehatan mental yang serius di beberapa tahap kehidupan mereka. Rentang usia tersebut  mencakup para siswa yang ketika itu mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, atau sistem blended learning.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi terbukti memberikan dampak signifikan pada aspek psikososial siswa, seperti munculnya perasaan bosan, kekhawatiran, burnout, hingga learning loss. Menurut Kemendikbud, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dianggap sebagai salah satu solusi efektif untuk mengatasi berbagai gangguan psikologis tersebut. Namun, tidak dapat disangkal bahwa beberapa siswa masih mengalami masalah psikologis meskipun telah mengikuti PTM terbatas.

Reneta Kristiani, M.Psi., dalam paparannya menjelaskan tiga langkah dasar dalam Mental Health First Aid (MHFA) Kit: Look, Listen, dan Link. Ketiga tahapan ini merupakan tanggung jawab bersama dalam sistem The Teaching Triangle yang melibatkan sekolah (guru), orang tua, dan siswa.

Tahap berikutnya adalah menerapkan 10 langkah pertolongan MHFA, yaitu:

  1. Bersiap-siaplah.
  2. Perhatikan.
  3. Mendengar dan menyimak.
  4. Bertanya.
  5. Memberikan respons yang empatik.
  6. Belajar.
  7. Hadir.
  8. Tunjukkan kepedulian dan kasih yang tanpa syarat.
  9. Rujuk untuk mendapatkan bantuan profesional.
  10. Menjaga kesehatan mental diri sendiri.

Reneta menekankan pentingnya kerjasama dalam The Teaching Triangle untuk menciptakan perubahan positif pada proses pembelajaran. Ada dua jenis perubahan yang diharapkan:

  • First Order Change, yaitu perubahan kecil yang konsisten, seperti mengurangi/memperpanjang jam belajar, memperkecil jumlah siswa dalam kelas, atau menambah pendampingan dari guru dan orang tua.
  • Second Order Change, yaitu perubahan mendasar yang bersifat transformasional, seperti mengadopsi strategi belajar, metode pengajaran, dan filosofi baru.

“Guru dan orang tua jangan hanya berfokus pada hasil akademik siswa, tetapi lebih pada proses dan perubahan nilai yang lebih mendalam. Relasi yang baik antara murid, guru, dan orang tua adalah kunci,” jelas Reneta.

Praktik Pendekatan Bertahap oleh Guru

Siti Aisyah, M.Pd., Kons., Guru BK SMPN 18 Semarang sekaligus anggota KGSB, membagikan pengalamannya dalam menghadapi berbagai kendala siswa selama pandemi, seperti rendahnya pemahaman materi, tugas menumpuk, hingga kecemasan. Ia menggunakan pendekatan bertahap melalui cyber counseling via chat, DM, telepon, atau video call, yang terbukti efektif mengatasi keterbatasan komunikasi saat pandemi.

Senada dengan Reneta, Siti juga aktif menjalin komunikasi harmonis dengan orang tua siswa, baik melalui undangan ke sekolah maupun kunjungan rumah (home visit). Ia menekankan pentingnya koordinasi dengan pihak sekolah untuk mendapatkan dukungan.

“Saya juga membuat grup WhatsApp dengan orang tua untuk menyampaikan informasi penting dan menjaga kedekatan, sehingga mereka merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan saya,” ungkapnya.

Upaya ini menjadi salah satu solusi nyata dalam mendukung kesehatan mental siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Recent Posts

Category

© 2023 Copyrights  kgsb.org