Sinergi Membangun Generasi Berkarakter
Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) bersama Universitas Maranatha, Bandung, menyelenggarakan webinar bertajuk “Good Parenting – No Bullying”. Acara yang berlangsung pada Minggu (13/1/2025) sore ini mengangkat isu krusial tentang pola asuh, bullying, dan pentingnya peran lingkungan sekolah dalam membentuk karakter generasi muda.
Webinar menghadirkan tiga narasumber berpengalaman. Masing-masing adalah Skidderwati Pasaribu, S.H., yang membahas fenomena bullying dan dasar hukum yang melindungi korban serta pelaku di bawah pendekatan keadilan restoratif. Lalu Celerina Asri, S.Pd., yang menyoroti peran lingkungan sekolah dalam mendukung pembentukan karakter remaja melalui rasa aman, kebersamaan, komunikasi terbuka, dan apresiasi positif. Serta Ruth G. K. Winarno, S.Psi., Psikolog dan anggota KGSB, yang menjelaskan pola asuh efektif untuk membentuk karakter kuat pada remaja.
Webinar ini diikuti oleh lebih dari 60 peserta anggota KGSB serta para mahasiswa S2 Psikologi Universitas Maranatha. Para peserta mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membangun generasi muda yang berkarakter.
Dalam paparannya, Skidderwati Pasaribu menekankan bahwa bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang, dengan dampak serius pada korban, seperti stres, depresi, hingga keinginan bunuh diri. Ia juga menguraikan payung hukum Indonesia yang mendukung perlindungan anak, seperti UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak serta UU Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) yang mendukung pendekatan keadilan restoratif untuk memulihkan hubungan korban dan pelaku.
Ruth Winarno menambahkan pentingnya peran pola asuh dalam membentuk karakter anak. Ia menjelaskan empat tipe pola asuh berdasarkan teori Baumrind, yaitu otoriter, permisif, tidak terlibat, dan otoritatif.
“Pola asuh otoritatif yang seimbang antara disiplin dan kebebasan sangat efektif dalam membangun karakter anak yang mandiri, jujur, dan penuh tanggung jawab,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya penanaman sembilan karakter utama pada anak, seperti cinta Tuhan, tanggung jawab, jujur, dan toleransi. Peran orang tua dalam hal ini, adalah menjadi teladan, membimbing anak mendekatkan diri pada Tuhan, serta membantu menemukan potensi anak untuk dikembangkan.
Sementara Celerina Asri memaparkan bahwa sekolah sebagai lingkungan kedua setelah keluarga harus bisa menciptakan rasa aman, kebersamaan, dan komunikasi yang terbuka untuk membantu remaja mengembangkan karakter positif. “Lingkungan sekolah yang sehat adalah fondasi penting untuk mengurangi risiko bullying dan meningkatkan hubungan sosial yang sehat,” jelasnya.
Menurut teori Bronfenbrenner dan Maslow, lingkungan sekolah yang sehat menjadi fondasi penting dalam mengurangi risiko bullying dan membangun hubungan sosial yang positif. Program seperti pendidikan karakter, pelatihan empati, dan sistem pelaporan yang aman menjadi solusi efektif dalam mencegah bullying.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif yang memberikan ruang bagi peserta untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan solusi praktis dari para narasumber.
Kesimpulan dari webinar ini menegaskan bahwa kolaborasi antara orang tua, guru, dan siswa sangat penting. Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi generasi yang berkarakter, percaya diri, dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Upaya ini memerlukan peran aktif semua pihak demi menciptakan masa depan yang lebih baik.
“Kolaborasi adalah kunci,” tandas Ruth Andriani, founder KGSB. “Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, berempati, dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat,”pungkasnya.