Komunikasi efektif adalah fondasi utama dalam menciptakan proses belajar mengajar yang bermakna. Melalui pendekatan seperti I-message, mendengar aktif, dan komunikasi asertif, guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi, tetapi juga memahami dan menjangkau hati murid.
Komunikasi yang efektif antara guru dan murid menjadi sorotan dalam webinar kolaboratif antara komunitas Kelas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dan platform edukasi Karir.mu, Jumat (15/3). Kegiatan ini menghadirkan Husnul Chotimah, praktisi pendidikan inklusi dan PAUD, sebagai narasumber utama. Mengangkat tema “Mengupas Keresahan Guru, Teknik Komunikasi Efektif, dan Studi Kasus Nyata dari Lapangan”, acara ini diikuti oleh 166 guru dari berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam sesi pembukaan, Husnul menyampaikan bahwa permasalahan komunikasi antara guru dan siswa tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan juga di daerah pelosok. “Guru perlu lebih dari sekadar bicara—guru harus mendengar,” ungkapnya.
Keresahan Guru, Tantangan Nasional
Melalui survei dan diskusi interaktif, muncul berbagai tantangan yang dihadapi guru selama proses belajar mengajar. Di antaranya: siswa yang tidak fokus, kurang disiplin, sulit diajak kerja sama, hingga kesulitan guru dalam menyampaikan pesan secara efektif.

Masalah ini tidak terlepas dari pola komunikasi yang diterapkan di ruang kelas. Husnul mengidentifikasi tiga gaya komunikasi yang umum digunakan guru:
- Permisif – cenderung mengalah, membuat murid kurang terarah.
- Agresif – bernada tinggi dan menekan, menimbulkan ketakutan.
- Asertif – tegas namun menghargai, membuka ruang dialog dan rasa aman.
Strategi Komunikasi: I-Message dan Mendengar Aktif

Webinar ini juga membekali peserta dengan pendekatan praktis, salah satunya adalah teknik I-message. Dengan metode ini, guru diajak untuk menyampaikan perasaan dan harapan tanpa menyalahkan murid. Misalnya, daripada berkata “Kamu selalu ribut!”, guru bisa menggunakan kalimat seperti:
“Ibu merasa terganggu saat kamu berbicara ketika Ibu menjelaskan. Ibu berharap kamu bisa mendengarkan.”
Pendekatan lain yang tak kalah penting adalah mendengar aktif—yakni kemampuan memahami siswa secara empatik, melalui bahasa tubuh, nada suara, serta respon yang mencerminkan perhatian penuh. Hal ini, menurut Husnul, dapat menumbuhkan rasa percaya dan kedekatan emosional antara guru dan siswa.
Simulasi Kasus dan Pembelajaran Kontekstual
Sebagai bagian dari sesi pelatihan, peserta diajak berdiskusi berdasarkan tiga studi kasus nyata yang kerap dihadapi guru di sekolah: siswa yang tidak disiplin, kurang percaya diri, dan konflik antar siswa. Lewat simulasi dan storytelling, guru belajar untuk mengembangkan pendekatan komunikatif yang tidak hanya menyelesaikan masalah, tapi juga memberdayakan murid.
“Dengan pendekatan yang tepat, guru bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga menjadi pendengar yang aman dan suportif bagi anak-anak,” ujar Husnul.

Ciptakan Ruang Kelas yang Inklusif dan Memberdayakan
Webinar ini menjadi wadah refleksi sekaligus penguatan kapasitas guru, terutama dalam membangun ruang kelas yang inklusif dan suportif melalui komunikasi yang efektif. Semangat ini sejalan dengan visi KGSB dan Karir.mu untuk terus menghadirkan pelatihan guru berbasis kebutuhan nyata di lapangan.
“Guru hebat bukan hanya yang mampu menjelaskan pelajaran, tetapi juga yang mampu menjangkau hati murid,” tutup Husnul.