Guru Bijak di Media Sosial

Panduan Bermedia Sosial di Era Digital

Di era digital yang serba cepat, media sosial menjadi ruang publik baru yang memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Namun, penggunaan media sosial secara tidak bijak dapat membawa risiko serius, terutama bagi guru yang berperan sebagai teladan di masyarakat.

Imbauan terbaru dari Mendikdasmen Prof. Abdul Mu’ti menyoroti pentingnya kehati-hatian guru dalam bermedia sosial. Dalam sambutannya saat membuka Pekan Olahraga dan Seni SMK Muhammadiyah (Porsikam) di Metro (26/4/2025), beliau menegaskan bahwa banyak konten di media sosial saat ini hanya mengejar sensasi demi popularitas atau keuntungan pribadi, tanpa memperhatikan kebenaran isi. Bahkan, muncul fenomena baru seperti “no viral no justice” — seolah-olah kebenaran hanya diakui jika telah viral.

Seorang guru bukan hanya pengajar, tetapi juga panutan, baik di dalam maupun di luar kelas. Kehadirannya di media sosial menjadi representasi dari nilai-nilai yang ia ajarkan kepada para murid dan masyarakat. Ketika seorang guru terlibat dalam penyebaran informasi palsu, ujaran kebencian, atau konten yang tidak pantas, maka bukan hanya kredibilitas pribadinya yang dipertaruhkan, tetapi juga kepercayaan publik terhadap profesi pendidik itu sendiri.

Di era digital ini, setiap unggahan, komentar, atau like yang diberikan dapat meninggalkan jejak digital yang sulit dihapus. Bahkan kesalahan kecil yang terlihat sepele dapat dengan mudah disalahartikan atau disebarluaskan oleh pihak lain dengan konteks yang berbeda. Inilah yang membuat kehati-hatian menjadi sebuah keharusan. Tidak sedikit kasus di mana seseorang harus menghadapi konsekuensi hukum atau etika profesi hanya karena kurang bijak dalam menggunakan media sosial.

Maka dari itu, guru perlu menempatkan diri dengan penuh kesadaran dalam setiap interaksi digital. Media sosial memang menawarkan kemudahan dalam berkomunikasi dan berekspresi, tetapi sekaligus menyimpan potensi risiko yang dapat merusak reputasi, hubungan profesional, bahkan karier. Dengan memahami hal ini, guru dapat menjadikan media sosial sebagai ruang untuk berbagi kebaikan, menyebarkan semangat belajar, dan membangun citra positif sebagai pendidik yang berintegritas di tengah derasnya arus informasi.

Tips Bijak Bermedia Sosial untuk Guru

Untuk menghindari dampak negatif, berikut tips bermedia sosial yang perlu diperhatikan guru:

Saring Sebelum Sharing
Selalu verifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya. Hindari menyebarkan berita hanya karena menarik atau emosional.

Kendalikan Emosi saat Membuat Status atau Komentar
Jangan meluapkan kekecewaan, kemarahan, atau sindiran secara publik. Diskusikan secara privat jika ada masalah.

Pisahkan Akun Pribadi dan Profesional
Pertimbangkan untuk membuat akun terpisah: satu untuk keperluan profesional (seperti berinteraksi dengan siswa dan orang tua), dan satu untuk pribadi.

Gunakan Media Sosial sebagai Sarana Edukasi
Bagikan konten edukatif, inspiratif, atau refleksi yang bermanfaat untuk komunitas pendidikan.

Ikuti Akun Edukatif dan Terpercaya
Mengikuti akun-akun edukatif akan memperkaya wawasan dan memperluas diskusi positif.

Do & Don’t: Etika Guru Bermedia Sosial

Hal yang Harus Dilakukan:

  • Membagikan konten edukatif, motivatif, dan inspiratif.
  • Menghargai karya dan prestasi siswa.
  • Berpartisipasi dalam diskusi yang membangun.
  • Menyebarkan nilai-nilai positif, toleransi, dan kerukunan.

Hal yang Harus Dihindari:

  • Membagikan berita yang belum terverifikasi (hoaks).
  • Memposting foto atau video siswa tanpa izin resmi.
  • Menyindir rekan kerja, siswa, atau institusi di media sosial.
  • Menyebarkan ujaran kebencian, SARA, atau konten yang tidak pantas.

Demikianlah, media sosial dapat menjadi alat yang luar biasa membantu untuk mendapatkan inspirasi pendidikan, komunikasi positif, dan penguatan karakter siswa. Namun, penggunaannya harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Sebagaimana diingatkan oleh Prof. Abdul Mu’ti, bijak bermedia sosial adalah bagian dari integritas seorang guru. Karena sejatinya, mendidik bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang memberikan keteladanan, termasuk di dunia maya.

“Gunakan media sosial untuk membangun, bukan menghancurkan. Jadilah guru yang bijak di era viral.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Recent Posts

Category

© 2023 Copyrights  kgsb.org