KGSB Bekali Guru Kemampuan Dukungan Psikologis Awal (DPA) Kesehatan Mental Siswa

3 Langkah Efektif DPA : Look, Listen & Link

Problem kesehatan mental siswa terus meningkat. Data dari Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menunjukkan lebih dari 3.200 (13%) siswa di Indonesia mengalami gejala depresi ringan hingga berat.

Sebanyak 93% gejala depresi pada anak terjadi pada rentang usia 14–18 tahun, sementara 7% sisanya dialami oleh anak berusia 10–13 tahun. Pandemi menjadi salah satu faktor utama yang memicu masalah kesehatan mental pada kelompok usia tersebut.

Dampaknya beragam, mulai dari rasa cemas, mudah marah, stres, hingga depresi yang dalam beberapa kasus bahkan memicu keinginan bunuh diri. Kondisi ini menegaskan pentingnya peran guru dan sekolah dalam memberikan Dukungan Psikologis Awal (DPA) guna membantu siswa menghadapi masalah kesehatan mental.

Menjawab kebutuhan mendesak tersebut, Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB), Rumah Guru BK, dan Konsultan Psikologi Pelangi menggelar Pelatihan Psychological First Aid (PFA) Batch I. Pelatihan yang diikuti oleh 60 guru dari tingkat SD hingga SMA/SMK di Indonesia dan Timor Leste itu dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom. Dalam dua sesi pada 19 Februari dan 5 Maret 2022,  peserta menerima pembekalan dari para narasumber kompeten, seperti psikolog Reneta Kristiani, M.Psi., dan dan Lita Patricia Lunanta, M.Psi., serta  Ana Susanti, M.Pd., CEP, CHt dari Komunitas Guru BK dan Widyaiswara PPPPTK Penjas dan BK Kemendikbud Ristek RI.

Founder KGSB, Ruth Adriani, menyatakan bahwa Pelatihan Dukungan Psikologis Awal (PFA) bertujuan membantu guru dan sekolah memahami serta memberikan dukungan psikologis tepat bagi siswa yang mengalami masalah mental. Menurutnya, sekolah seharusnya menjadi jaring pengaman bagi anak dan remaja, sehingga pelatihan ini diinisiasi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menangani kesehatan mental siswa.

Ana Susanti menambahkan bahwa pelatihan ini melengkapi program serupa dari Kemendikbud Ristek RI yang cakupannya masih terbatas. “KGSB berperan penting memeratakan kompetensi guru dalam mendukung kesehatan mental siswa,” ujarnya.

Look, Listen & Link

Pelatihan PFA berlangsung dalam tiga tahap: pembekalan teori, praktik mandiri, serta sesi permainan peran (role play) dan evaluasi. Dalam sesi role play para peserta terbagi dalam kelas kecil.Secara bergantian masing-masing menjadi guru dan siswa. Mereka diminta melakukan komunikasi yang buruk (bad communication) serta komunikasi yang baik (good communication) saat konseling terkait mental health yang dialami. Dari role play ini, guru mendapat perspektif baru dari sudut pandang murid.

Melalui role play, guru mempraktikkan komunikasi baik dan buruk dalam konseling mental siswa, serta memahami tiga langkah PFA, yaitu Look, Listen, dan Link. Psikolog Reneta Kristiani, M.Psi., menjelaskan bahwa tahapan Look melibatkan asesmen keadaan siswa, Listen menekankan mendengarkan aktif tanpa memberi nasihat terlalu cepat, dan Link menghubungkan siswa dengan bantuan profesional jika diperlukan.

Reneta memberi catatan penting yang tidak boleh dilakukan guru saat DPA yaitu terlalu cepat memberi nasehat, melabel siswa, meremehkan permasalahannya, serta menyalahkan siswa. Selain itu, ia mengingatkan para guru untuk juga memperhatikan kesejahteraan dirinya dengan secara rutin melakukan self-care dan manajemen stres agar terhindari dari stress, burn-out, dan compassion fatigue sehingga tetap dapat memberikan dukungan secara optimal.

“Saat Listen hindari terlalu cepat memberikan nasehat, solusi dan saran pada siswa. Berusahalah untuk hadir sepenuhnya, dengarkan secara aktif, terima dan pahami perasaan siswa agar siswa merasa nyaman untuk bercerita, merasa dipahami dan dimengerti,” ujarnya.

Salah satu peserta, Harmoko, S.Pd., M.Pd., Kons., dari SMA Negeri 1 Mataram, mengapresiasi pelatihan ini. Ia merasa terbantu dalam menangani tantangan mental siswa, terutama setelah bencana gempa Lombok 2018 dan pandemi. “Pelatihan ini menyadarkan saya bahwa langkah yang selama ini saya terapkan sudah sesuai,” ungkapnya.

Melihat tingginya minat guru terhadap pelatihan ini, KGSB berkomitmen melanjutkan program serupa sebagai wujud kepedulian terhadap pengembangan kapasitas guru dalam menangani masalah kesehatan mental siswa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Recent Posts

Category

© 2023 Copyrights  kgsb.org