Coding Masuk Kurikulum, Ini Checklist Persiapannya!
Semester depan akan menjadi tonggak penting bagi pendidikan Indonesia. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Muβti, dalam forum APEC di Jeju, Korea Selatan, menegaskan bahwa AI dan koding siap masuk kurikulum, bukan lagi sebagai pilihan ekstrakurikuler, melainkan terintegrasi ke berbagai mata pelajaran.
Menariknya, program ini disertai pelatihan guru yang telah mulai berjalan, di mana aktivitas mengajar AI & coding nanti dihitung sebagai jam mengajar resmi dan membuka peluang sertifikasi guru.
Lalu apa yang harus dipersiapkan Sahabat Guru Hebat? Tentu jawabannya berbeda untuk guru pendidikan dasar, menengah, dan atas. Simak panduan lengkapnya berikut ini, ya.
π Guru SD/MI: Fokus pada Mindset, Visual & Contoh Sehari-hari
Untuk guru SD, tantangan utamanya bukan mengajarkan bahasa pemrograman yang kompleks, melainkan menanamkan cara berpikir komputasional. Ini mencakup kemampuan memecah masalah, mengenali pola, menyusun langkah logis (algoritma), serta memahami hubungan sebab-akibat. Cara berpikir ini bisa dilatih melalui permainan atau aktivitas fisik yang mengasah logika secara menyenangkan.
Mendikdasmen juga menyampaikan bahwa pada jenjang kelas 5β6 SD, coding dan AI akan mulai diperkenalkan secara lebih terstruktur (Detik.com). Oleh sebab itu, guru SD perlu familiar dengan platform visual seperti Scratch Junior, Blockly, atau Code.org, yang memungkinkan anak-anak menyusun blok logika tanpa perlu menulis kode manual. Tak kalah penting, guru dapat mengenalkan penerapan AI dalam keseharian, misalnya melalui filter foto pada aplikasi kamera atau chatbot penjawab otomatis. Hal ini membantu siswa memahami manfaat teknologi sekaligus belajar menggunakannya dengan bijak
| SD / MI β Tanam mindset komputasional (logika & algoritma lewat permainan) β Gunakan platform visual (Scratch Jr, Blockly, Code.org) β Kenalkan AI dari contoh sehari-hari (filter foto, chatbot) |
π¨π« Guru SMP/SMA/MA: Kuasai Algoritma, Coding Dasar & AI Terapan
Untuk guru pendidikan menengah (SMP/SMA/MA), fokus utama adalah menguasai dasar algoritma dan minimal satu bahasa pemrograman populer, seperti Python atau JavaScript. Pemerintah sendiri telah memulai berbagai program pelatihan (bimtek) secara daring dan luring sejak awal tahun ini agar guru siap menghadapi kurikulum baru.
Sebagai langkah awal, guru dapat menyiapkan contoh sederhana, misalnya:
- script Python untuk kalkulator,
- atau mengenalkan dasar data science melalui tabel Excel sebelum melangkah ke coding yang lebih kompleks.
Selain itu, penting juga mengintegrasikan konsep AI dalam pelajaran yang relevan, seperti:
- Matematika (statistika untuk prediksi sederhana),
- IPA (sensor dan data),
- maupun Informatika (pengecekan spam atau prediksi cuaca).
Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memandang AI sebagai βrobot canggih,β tetapi benar-benar memahami proses, logika, dan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Untuk mendukung hal tersebut, guru dapat:
β
Mengikuti pelatihan Python/JavaScript menggunakan platform seperti repl.it atau Google Colab.
β
Menyusun proyek berbasis modul, misalnya membuat chatbot sederhana atau program analisis data.
β
Menanamkan pemahaman tentang bagaimana AI bekerja dalam memecahkan masalah sehari-hari.
| π¨π« Guru SMP/SMA/MA β Kuasai coding dasar: Python / JavaScript (repl.it, Google Colab) β Integrasi AI: Prediksi statistika, sensor IPA, pengecekan spam β Proyek sederhana: Kalkulator Python, chatbot, analisis data Excel β Ikuti bimtek: Pelatihan daring & luring sudah berjalan sejak awal tahun |
π Guru SMK & Pendidikan Teknologi: Siap Hadapi Tantangan Teknis
Untuk guru SMK atau SMA jurusan RPL/TKJ, tantangan utama bersifat lebih teknis. Guru perlu menguasai tools profesional seperti Google Colab untuk Python & Machine Learning, TensorFlow Lite untuk AI ringan, serta Arduino untuk proyek IoT.
Kurikulum di level ini sangat cocok diarahkan pada proyek nyata, misalnya membuat prototipe chatbot FAQ, pendeteksi wajah, atau pengenal suara. Dengan demikian, siswa dapat membangun portofolio praktis yang kelak bermanfaat di dunia kerja atau kompetisi.
Tak kalah penting, guru wajib menanamkan literasi digital dan etika data, termasuk bagaimana memperlakukan data pengguna, pentingnya izin, serta mengenali risiko deepfake dan manipulasi informasi. Seperti ditegaskan Mendikdasmen, semua inovasi teknologi ini harus diarahkan untuk hal-hal bertanggung jawab dan bermanfaat.
| π Guru SMK & Pendidikan Teknologi β Kuasai tools profesional: Google Colab (Python/ML), TensorFlow Lite (AI ringan), Arduino (IoT) β Kurikulum proyek nyata: Bimbing siswa buat chatbot, pendeteksi wajah, pengenal suara untuk portofolio β Literasi digital & etika data: Ajarkan privasi data, izin penggunaan, bahaya deepfake & hoaks AI |
| π Tips Umum untuk Semua Guru Agar lebih siap, guru dari semua jenjang dapat: β Mengikuti pelatihan dan webinar resmi (Kemdikbud dan komunitas Edutech Indonesia banyak membuka jalur daring gratis). β Membangun jejaring antar guru untuk bertukar modul dan solusi. β Menggunakan pendekatan bercerita & proyek, supaya siswa tak cepat jenuh atau takut pada coding. β Menyiapkan portofolio sertifikasi, karena pemerintah akan mengintegrasikan ini dalam sistem kenaikan jenjang karier (sumber: Suarausu.or.id). |
Dear Sahabat Guru Hebat, kehadiran AI dan coding dalam kurikulum adalah momentum emas untuk memperkaya kompetensi siswa abad 21. Namun semua ini tak akan berjalan tanpa guru yang siap secara kompetensi, mindset, dan etika. Dengan persiapan matang, guru Indonesia bukan hanya akan mengajar βbahasa mesinβ, tetapi menyiapkan generasi yang kreatif, kritis, dan bijak memanfaatkan teknologi.
Dengan persiapan yang matang, para guru Indonesia bukan hanya mengajarkan teknologi, tetapi juga membentuk generasi yang kreatif, kritis, dan bertanggung jawab.
π± Yuk mulai langkah kecil hari ini β ikuti pelatihan, susun modul, dan jadilah bagian dari transformasi pendidikan kita!




